Minggu, 10 Oktober 2010

Salam untuk Rasya

“ Dis, aku tadi kenalan sama teman-teman kamu. Tapi mereka malah cuekin aku. Mereka kenapa sih? Andai aja aku sudah lama sekolah di sini, pasti mereka nggak akan cuekin aku. Apalagi kalau aku punya sahabat di sini. Pasti rasanya lengkap banget!”, Rasya melenas kepenatan otaknya dengan cerita pada Disty. Semenjak tadi pagi, wajah cantik Rasya tak menunjukkan senyuman manisnya. Itu karena kejadian tadi pagi. Saat itu, Rasya sedang di kantin, lalu Rasya menyapa salah seorang teman yang belum dikenalnya. Saat Rasya menanyakan namanya, dia malah ditinggal pergi. Sejak saat itu, Rasya tak mau menyapa siapapun di sekolah barunya, tempat Disty, sepupunya bersekolah. “ Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Mereka memang begitu. Nanti mereka pasti akan berubah. Percaya sama aku. Oh iya Ras, aku ke ruang guru dulu ya. Tadi aku dipanggil Bu Dina, sepertinya ada yang ingin beliau bicarakan denganku. Aku tinggal dulu ya”, Disty lalu pergi meninggalkan Rasya sendiri di kelas.

“ Huh, andai saja aku punya sahabat di sini. Pasti aku tidak kesepian”, gumam Rasya saat itu. Tiba-tiba, angin bertiup kencag sekali, padahal tak ada jendela yang terbuka di kelas saat itu. Rasya merasakan ada seseorang yang berada di dekatnya saat itu. “ Hai Rasya!”, tiba-tiba seorang gadis cantik berseragam sekolah menepuk bahu Rasya dan menyapanya dengan hangat. Rasya bingung, karena tadi hanya ada Rasya dan Disty di kelas. “ Kamu siapa? Kamu masuk dari mana?”, Rasya heran dengan keberadaan gadis itu di sampingnya. “ Aku Vanya. Aku ada di samping kamu kok sedari tadi. Hanya saja kamu nggak tau”, perasaan Rasya begitu tenang saat Vanya bicara seperti itu. “ Aku tau, kamu pasti ingin punya sahabat? Aku bersedia menjadi sahabatmu, walau aku tak mungkin selamanya di sini”, Rasya sungguh tak mengerti dengan ucapan Vanya, entah dari mana Vanya mengetahui semua itu. “ Kamu tau dari mana? Kamu mengikuti aku ya? Sebenarnya kamu siapa sih Vanya? Aku masih tidak mengerti”. “ Tenanglah Rasya, kamu pasti akan mengetahui siapa aku. Yang penting, aku mau jadi sahabat kamu. Kamu mau kan jadi sahabat aku, Ras?”, Vanya menatap tajam mata Rasya. “ Baiklah, aku mau jadi sahabat kamu. Kamu nggak akan seperti teman-teman yagn lain kan? Yang hanya bisa menertawakanku?”, Rasya hampir saja meneteskan air mata, menurutnya ucapan Vanya hádala statu obat untuk mengurangi rasa sakit hatinya kepada teman-temannya yang lain. “ Iya Ras, aku janji sama kamu. Kamu percaya deh sama aku. Rasya, aku boleh minta selembar kertas nggak?”. “ Oh, silahkan, sebentar ya”, Rasya segera merobek selembar kertas dari bukunya. Saat Rasya akan memberikan kertas itu pada Vanya, Vanya sudah tak di tempat, entah kemana Vanya pergi. “ Sudahlah, biar saja. Mungkin Vanya harus segera pulang. Besok saja aku menemuinya lagi”, ucap Rasya dalam hati kecilnya.

“Disty, apa kabar kamu?”, Rasya menyapa Disty dengan manis sekali pada saat pulang sekolah. “ Aku baik, Ras. Kamu kenapa Ras? Tumben kamu ceria banget”, Disty heran dengan sepupunya itu. “ Aku nggak kenapa-napa kok Dis. Aku baik-baik saja. Kamu kemana aja Dis? Dari tadi pagi aku nggak ngelihat kamu. Aku lagi nunggu sahabat baruku, Dis. Kamu nggak tau kan?”, Rasya bangga sekali. “ Aku banyak tugas Ras, maaf deh kalau aku nggak sempat ke kelas kamu tadi. Siapa sahabat kamu Ras?”, Disty penasara dengan sahabat baru sepupunya. “ Kamu pasti tau Vanya kan? Dia sahabat baruku, Dis”. “ Vanya? Vanya yang mana? Vanya teman sekelas kamu?”, Disty begitu bingung dan gugup saat Rasya menyebut nama Vanya. “ Iya. Vanya teman sekelasku. Emang ada apa Dis?”. “ Vanya teman sekelas kamu itu 1 bulan yang lalu kecelakaan dan dia meninggal. Apa Vanya itu yang kamu maksud?”, Rasya sangat terkejut saat Disty berkata itu. Rasya tak menyangka, Vanya yang menjadi sahabatnya itu sudah tiada. Tiba-tiba, angin kembali bertiup kencang seperti saat Vanya muncul dengan tiba-tiba. Saat Rasya akan berdiri, selembar kertas mendarat di wajahnya. Kertas itu berisi sebuah puisi, puisi itu berbunyi:


Salam hangat dariku sahabat
Kan ku sapa kau dengan senyuman
Aku tau kau tak mengerti
Mengapa aku muncul tiba-tiba
Entah darimana asalnya
Menjadi pelipur Lara di kala sepimu


Aku berharap selalu
Diberi masa untuk selalu menyapamu
Tapi itu hanya mimpi bagiku
Kita tlah berbeda dunia
Tak lagi sama

Kini kau telah tau
Siapa aku sebenarnya
Kuharap kau mengerti atas aku
Apa maksud dan tujuanku menyapa
Semoga kau temukan sahabat sejatimu
Seperti aku yg slalu disisimu...


Rasya sungguh tak menyangka akan semua yang terjadi. Rasya kini tau mengapa Vanya merahasiakan asalnya dari Rasya. Rasya berharap semua ini bukanlah pertanda buruk baginya, dan Rasya berharap Vanya dapat tenang disana. Biarlah semua ini menjadi rahasia bagi Rasya dan Vanya, di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar